Deskripsi
Setiap daerah pasti memiliki Sejarah awal mula perkembangan yang ada pada daerah tersebut. Sejarah tersebut seringkali didokumentasian sebagai perwujudan dalam identitas diri yang lengkap dengan berbagai dinamika dan tantangan dalam membangun suatu daerah, sehingga terciptalah sejarah lokal sebagai pengetahuan yang wajib dimiliki oleh masyarakat (Wawan Darmawan, 2017). Keberadaan Sejarah tersebut menjadi kebutuhan yang harus diwujudkan sebagai si mbol identitas dan mengesahkan eksistensi suatu daerah tersebut. Sejarah pada suatu daerah biasanya akan tersebar dari sesepuh ataupun masyarakat setempat secara turun temurun. Namun, terdapat pengungkapan sejarah wilayah yang diungkap berdasarkan kesadaran diri pada masyarakat setempat akan pentingnya sejarah daerahnya tersebut. Sejarah desa Toyomarto digagas dan diungkap oleh pemuda desa pada tahun 2015 dengan bantuan komunitas Jelajah Sejarah malang. Melalui penggalian benda peninggalan sejarah baik pada masa kolonial Belanda ataupun Kerajaan Singhasari dan juga cerita yang bersumber pada cerita sesepuh. Sehingga terungkapnya sejarah pendirian dan cerita dari masa ke masa yang menjadi daya tarik Desa Toyomarto. Desa Toyomarto salah satu desa di Kecamatan Singosari, Kab. Malang yang terletak pada kaki gunung arjuna. Desa ini terdiri dari 7 dusun dan di setiap dusun terdapat sumber mata air yang berbeda, sehingga dinamakan Toyomarto yang berasal dari bahasa jawa kuno. Toyo yang berarti air dan Marto yang berarti kehidupan atau kemakmuran, Nama ini mengandung makna harapan akan kehidupan yang makmur berkat sumber daya air yang melimpah. Munculnya Desa Toyomarto diperkirakan sudah ada pada masa Kerajaan Singhasari. Berdasarkan letaknya di kaki gunung arjuna, masyarakat sekitar desa toyomarto melakukan aktivitas pertanian sehingga memiliki profesi sebagai petani. Pada saat penjajahan Belanda, sesepuh Desa Toyomarto mengamankan hasil bumi yang dimilikinya dengan mengubur makanan hasil bumi di tanah sehingga tidak diketahui. Letak Desa Toyomarto sudah ada pada peta peninggalan Belanda dan ditemukan bahwa Desa Toyomarto dulunya bukan wilayah Singhasari, namun masuk pada wilayah Dali. Wilayah Desa Toyomarto juga disebutkan dalam Kitab Negarakertagama pupuh 35 ayat ke-4 yang menjelaskan mengenai perjalanan hayam wuruk (Nawa Tirta) ke desa toyomarto untuk bersinggah Kasurangganan (Taman surga) yang di kawasan candi sumberawan. Candi sumberawan adalah salah satu candi yang berdiri di atas air, dan disekelilingnya terdapat 3 sumber mata air yang dipercaya berkhasiat. Sebelum dinamakan Desa Toyomarto, wilayah ini terdiri dari 3 desa, yaitu ngujung, sumberawan dan bodean. Kepala desa masing masing yaitu Mbah Umar sebagai kepala Desa Bodean, Desa Ngujung dengan kepala desa Ki Buyut Poninten yang dilanjutkan Ki Buyut Manab, dan sumberawan yang dipimpin Ki Buyut Saleko. Pada penjajahan Belanda Ki Buyut Saleko digantikan oleh Mbah Buyut Tosari, yang menyatukan ketiga desa tersebut hingga menjadi Toyo Marto dan diperkirakan terjadi pada tahun 1930-an. Pada setiap dusun pada Desa Toyomarto, memiliki sejarah masing-masing. Desa Toyomarto terdiri dari 7 dusun yaitu : 1. Dusun Ngujung : Terdapat lumpang yang digunakan untuk selamatan lumbung desa yang dilakukan pada zaman nenek moyang.. Lumpang tersebut terdapat ukiran melati yang melambangkan Dewi Sri, sebagai lambang pertanian yang subur. Selain itu, dalam tradisi penanaman, terdapat tradisi lumpang ngenteng, yaitu dimana pengambilan air hujan pertama untuk kegiatan penanaman. Nama ini adalah persimbolan “ nama desa tua”. Nama watak ngujung berada di utara sungai brantas, sedangkan watak kanuruhan sekarang sebagai Kanjuruhan sekarang terdapat di selatan sungai brantas. 2. Dusun Petung Wulung, tokoh yang terkenal yaitu Buyut Kodok yang pada masa penjajahan Belanda yang membuat peta dusun dengan cara melompat dan diduduki. 3.Dusun Wonosari, memiliki kebunan teh yang dulu di miliki oleh Pemerintah Belanda, sehingga saat ini masih terdapat peninggalan rumah dan benda- benda peninggalan Belanda 4. Dusun Glatik, terdapat tokoh Sadirah yang melakukan perjlaanan dan membuka perkampungan di desa toyomato dan memberikan nama glatik, sesuai dengan tempat asal beliau yaitu di desa glatik, pasuruan. Terungkapnya sejarah-sejarah Desa Toyomarto, menjadi cikal bakal adanya ritual pengambilan 7 mata air di seluruh dusun, yang nantinya akan disatukan dan diberikan kepala desa. Hal tersebut menjadi simbol pengingat yang diberikan oleh masyarakat pada kepala desa akan tanggung jawab untuk menglola, mengatur desa ini dan perayaan ini sebagai tempat untuk hormat dan mendoakan para leluhur Desa Toyomarto.
Referensi
Subagyo. (2020). Membangun Kesadaran Sejarah. Historia, 4(1), 85.