Deskripsi
Ziarah menjadi salah satu budaya banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk mengenah dan mendoakan orang yang sudah tiada di makam orang tersebut. Pada masyarakat jawa ziarah disebut kegiatan nyekar yang dilaksanakan dengan menabur bunga di makam dan berdoa secara massal. Bunga -bunga yang biasanya digunakan oleh masyarakat untuk melakukan kegiatan nyekar yaitu mawar, melati, kantil, kenanga dan air mawar. Banyak masyarakat jawa yang melaksanakan nyekar pada bulan bulan tertentu, salah satunya sebelum bulan ramadhan dan awal tahun jawa. Selain itu nyekar menjadi pengingat bagi setiap manusia akan kematian yang akan dihadapi oleh seluruh makluk hidup di dunia. Nyekar topeng di Kampung Budaya Polowijen sebagai salah satu pelaksanaan nyekar yang dilaksanakan di makam leluhur maestro topeng. Kampung Budaya Polowijen dikenal sebagai sentra penghasil topeng. Salah satu tokoh topeng atau maestro yang ada pada desa Polowijen adalah Ki Suwono yang lebih dikenal dengan Mbah Reni. Beliau mendapatkan gelar Ki Ageng Sunggung Linuwih dari Bupati Malang ke-4 yaitu Adipati Aryo Suryo Adiningrat pada tahun 1890-an. Selama kurang lebih 40 tahun, Mbah Reni mendedikasikan dirinya untuk memproduksi dan memperkenalkan topeng malang. Hal tersebut berdasarkan pekerjaan utama mbah Reni sebagai juragan kayu sehingga beliau dapat menciptakan standar topeng malang yang bagus. Persebaran dan eksistensi topeng malang yang diciptakan Mbah Reni menyebar di wilayah Malang (dahulu masih termasuk kabupaten malang) sehingga seluruh kepala desa di malang dapat menciptakan topeng malang dan menyebabkan topeng malang tersebut tumbuh dan berkembang.Pelaksanaan tradisi nyekar topeng tidak diketahui persis, namun tradisi ini muncul dari kegiatan seniman yang melaksanakan nyekar di makam maestro topeng atau penopeng senior. Pada zaman dahulu, jika terdapat tokoh topeng yang meninggal dan pada saat pemakaman keranda akan dipanggul dengan masyarakat yang memakai kostum dengan topeng lengkap. Tradisi nyekar topeng dapat dilaksanakan dalam bentuk event besar atau ketika pelaksanaan hajat di hari tertentu. Pelaksanaan nyekar topeng di kampung budaya polowijen dilaksanakan setiap satu tahun sekali yaitu pada bulan suro. Kegiatan nyekar topeng dilaksanakan dengan berziarah di makam mbah reni dan meletakkan beberapa peninggalan topeng malangan di atas makam. Topeng akan diarak dari kampung budaya polowijen dengan tokoh budaya dan masyarakat menuju makam Mbah Reni. Sebelum melaksanakan doa bersama, pemimpin rombongan nyekar topeng menceritakan sekilas mengenai sejarah Mbah Reni. Setelah itu dilakukan pembacaan doa (ngujubne) dan beberapa tokoh akan menaburkan bunga di atas makam mbah Reni dan topeng diatasnya. Kegiatan nyekar topeng juga dilaksanakan dengan pembacaan doa dan diiringi oleh tari tarian topeng. Setelah acara doa dan tabur bunga selesai dilakukan, topeng tersebut dibawa kembali ke Kampung Budaya Polowijen. Kegiatan akhir nyekar topeng di Polowijen adalah para tokoh seniman dan pengrajin topeng, secara bersama sama akan berkumpul di Kampung Budaya Polowijen dan berdiskusi dengan membahas mengenai perkembangan topeng dan sebagai sarana belajar bersama mengenai topeng malang. Makna dari tradisi sekar topeng di kampung budaya polowijen sederhana yaitu mengingatkan kembali mengenai peran penting mpu topeng yaitu Mbah Reni yang berjasa pada perubahan dan menciptakan kebudayaan di Malang. Selain itu, tradisi ini sebagai ucapan terimakasih kepada mbah reni atas jasa-jasa dalam menciptakan sebuah kebudayaan yang berpengaruh di kota Malang dengan cara mendoakan beliau. Tradisi ini juga berperan sebagai wadah para penggerak budaya terutama dalam bidang topeng malang untuk berdiskusi dan mempererat silaturahmi dengan membahas perkembangan topeng malang, sehingga dapat mempertahankan budaya di malang. Pelaksanaan nyekar topeng ini juga memiliki nilai agama sebagai pengingat adanya kematian pada semua makhluk hidup.