Deskripsi
Mantra bercocok tanam atau yang dikenal sebagai Mantra Tandur (MT), merupakan bagian integral dari ritual pertanian yang dilakukan oleh masyarakat petani di Desa Wiyurejo, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang. Mantra ini tidak diketahui siapa pengarang dan penciptanya, sehingga dikategorikan sebagai folklor yang berupa tradisi lisan. Mantra Tandur muncul karena kondisi sosial ekonomi masyarakat desa wiyurejo bermata pencaharian sebagai petani, karena adanya potensi agragris di wilayah desa wiyuejo banyak lahan persawahan dan perkebunan yang menjadikan sumber ekonomi utamanya yaitu pertanian dan perkebunan. Karena mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan berkebun tidak menurup kemuningkan terdapat cara atau sistem yang telah disusun atau terlembagakan dan masuk ke dalam pola pikir dan perilaku masyarakat desa wiyurejo, salah satunya yaitu sebelum melakukan penanaman masyarakat desa wiyurejo melakukan pamit atau mohon izin kepada Tuhan dan semesta Alam agar tumbuhan yang akan ditanam subur dan membawa keberkahan. Mantra Tandur ini, diindikasikan berisi doa-doa yang ditujukan kepada TuhanYang Maha Kuasa, atau mereka menyebutnya Pengeran. Doa tersebut memiliki harapan, agar tanaman yang mereka tanam bisa tumbuh dengan baik, dijauhkan dari segala macam bala’, dan mendapatkan hasil yang baik. Selain itu, ungkapan permohonan izin kepada sang Pencipta dan unggah-ungguh (sopan santun) lebih terlihat sebagai manifestasi nilai kesantunan dalam Nilai Budaya Jawa. Mantra Tandur diperkirakan mulai dilakukan pada tahun 1970-an dan berhenti diterapkan pada masa orde baru karena didorong perubahan mata pencaharian masyarakat yang beralih dari Perkebunan, pertanian ke peternakan dan menjadi pengusaha susu sapi (Muzaqqi, 2017). Adapun lirik mantra tandur yang digunakan oleh masyarakat desaWiyurejo pada zaman dahulu seluruhnya sudah mengalami islamisasi, namun terdapat dua terdapat dua jenis Mantra Tandur 1, yang mengandung doa dengan menggunakan doa agama Islam. Sedangkan Mantra Tandur 2 merupakan doa tradisional yang berasal dari nenek moyang dengan akar budaya jawa yang tetap mengalami islamisasi dan digunakan untuk menanam kacang-kacangan. Adapun lirik dari mantra tandur : MT 1 “Salamualaikumsalam ‘assalamualaikum’ ibu bumi bapa kuasa ‘ibu bumi bapak angkasa’ kulo titip wiji wonten gigir samean ‘aku titip benih di punggung kamu’ setogo, setogo, ontogo ‘setogo, setogo, ontogo’ wulu siung upas mandi ‘bulu taring bisa manjur’ mandi saking ngersane Allah ‘manjur atas kuasa Allah’ yahu Allah, yahu Allah, yahu Allah ‘yahu Allah, yahu Allah, yahu Allah’ laa ilaaha illallah ‘laa ilaaha illallah’ muhammadurrasulullah ‘muhammadurrasulullah’” MT II “Semilahirrahmanirrahim ‘bismillahirrahmanirrahim’ kem sarikem ‘kem sarikem’ tunggak mengo kolo mingkem ‘batang membuka marabahaya menutup’ picek amblek, mboh gak roh, mboh gak roh ‘buta (dan) roboh, entah tidak tahu, entah tidak tahu’” Ritual ini dilakukan sebelum proses penanaman di mana petani mengungkapkan permohonan izin kepada Tuhan dan semesta alam, berharap agar tanaman yang ditanam dapat tumbuh subur dan membawa keberkahan bisa tumbuh dengan baik, dijauhkan dari segala macam bala’, dan mendapatkan hasil yang baik. Sebelum melakukan ritual mantra tandur, harus membaca mantra ngusir stan sebagai salah satu upaya agar tidak mendapat gangguan ghaib. Sebab mereka masih memegang kepercayaan bahwa setiap tempat pasti memiliki dhanyang penunggu atau makhluk tak kasat mata sehingga harus dihormati sebelum melakukan sesuatu di tempat tersebut. Teks mantra ngusir setan : “salamualaikum salam mbok gendrowono, mbok gendrowono, mbok gendrowono alias, alias, alias anak lawas temu anyar slamet aku slamet riko sololuhu, sololohu, sololohu iwo salam yaku Allah, yaku Allah, yaku Allah aku anake Allah” Pelaksanaan mantra tandur dilakukan dengan mengucapkan dan menghadap lahan yang akan ditanam dan mengenggam bibit yang akan ditanam. Pelantun harus berkonsentrasi sehingga tidak boleh berbincang dengan siapapun sebagai bentuk kesakralan mantra tersebut yang harus dilakukan dengan Ikhlas dan khidmat. Tatkala pada pembacaan Yahu Allah Yahu Allah Yahu Allah adalah dengan memukul tanah tiga kali dilanjutkan dengan "Lailahaillallah muhammadurrosulullah " barulah benih atau bibit dari tanaman tersebut ditanam.
Referensi
Mantra Tandur di Desa Wiyurejo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang: Kajian Antropolinguistik. Repository Universitas Brawijaya. http://repository.ub.ac.id/id/eprint/8256/