amalia.nurma.fs@um.ac.id

Object Identifier

01MAKAM KI AGENG GRIBIG, MADYOPURO KOTA MALANG3

Judul

Penyebaran Islam di Kota Malang oleh Ki Ageng Gribig
Deskripsi

Penyebaran agama Islam di Nusantara terjadi pada tahun tahun awal abad ke 12M. Berdasarkan kebudayaan perkembangan Islam di Pulau Jawa, pada abad ke 15 hingga 16 menjadi masa tumbuh suatu kebudayaaan baru yang menciptakan sintesis antara kebudayaan hindu-budha dengan unsur kebudayaan islam sehingga dikenal dengan masa peralihan (Anita, 2014). Pada masa tersebut juga banyak muncul hasil kebudayaan Islam yang berkembang secara bersamaan pada masa kejayaan hingga runtuhnya Kerajaan majapahit hingga munculnya Kerajaan Islam di Pulau Jawa. Penyebaran Islam di Pulau Jawa tidak terfokus pada satu wilayah saja, namun di berbagai wilayah, termasuk wilayah Jawa Timur. Kegiatan penyebaran Islam biasanya dilaksanakan oleh kerajaan melalui utusan-utusan yang dikirim ke seluruh wilayah. Salah satunya yaitu penyebar agama islam yang ada di Kota Malang, Jawa Timur yaitu Ki Ageng Gribig. Kisah Ki Ageng Gribig termasuk dalam folklore karena temasuk cerita rakyat. Hal tersebut karena data lengkap cerita Ki Ageng Gribig belum terdokumentasikan baik di situs makam ataupun instansi daerah. Berdasarkan cerita juru kunci Makam Ki Ageng Gribig dalam Doni Rachman (2012) terdapat dua versi cerita munculnya Ki Ageng Gribig di Malang. Hal tersebut disimbolkan dengan lokasi pintu gerbang masuk makam Ki Ageng Gribig di sebelah barat, diceritakan bahwa Ki Ageng Gribig merupakan utusan dari Kerajaan Mataram Islam untuk melaksanakan program mataramisasi atau perluasan daerah kekuasan pada masa kekuasaan Sultan Agung Hanyokro Kusumo pada tahun 1625 dengan dalih menyebarkan agama Islam.Hal ini berdasarkan pengetahuan bahwa seluruh pemimpin mataram yang dimulai dari panewu sampai ratu menjadi orang yang dituakan dan diwajibkan memeiliki pemahaman yang luas mengenai agama Islam sehingga seluruh pejabat Mataram Islam memiliki tugas sebagai sayidin panotoagomo yang bertugas untuk memberi ilmu kepada seluruh masyarakat tampa terkecuali. Oleh karena itu banyak masyarakat yang percaya bahwa Ki Ageng Gribig masih memiliki garis keturunan dengan para sunan-sunan yang ada di Jawa Timur. Program Mataramisasi ini dilakukan tidak dengan cara berperang atau menjajah daerah baru, namun dengan menyebarkan agama islam dengan kebaikan atau tradisi kebudayaan. Sedangkan versi kedua yang sesuai dengan pintu masuk makam Ki Ageng Gribig sebelah timur. Hal ini menceritakan bahwa Ki Ageng Gribig menjadi utusan dari kerajaan Blambangan Kulon, yang dimana saat itu Aryo Menak Koncar menjadi raja. Ki Ageng Gribig diutus untuk melaksanakan program ekspanksi blambangan yaitu perluasan daerah pada kekuasaan kerajaan blambangan. Versi kedua cerita ini diperkuat dengan adanya struktur bangunan pada pemerintahan yang ada di kota Malang. Kerajaan Blambangan memiliki ciri khas dengan sistem pemerintahan lampau yaitu terdapat Masjid Jamek. Pada lingkungan tersebut terdapat balai kota, pasar hingga penjara. Meskipun banyak masyarakat yang belum mengetahui mengenai Ki Ageng Gribig. Terdapat masyarakat yang percaya mengenai Ki Ageng Gribig menjadi tokoh penyebar agama Islam di Malang dan merupakan kerabat dari wali songo yang ada di Jawa Timur. Selain itu, Ki Ageng Gribig dikenal sebagai tokoh yang mendirikan kota Malang. Hal ini ditandai dengan Makam Aryo Panji Malang, ayahanda dari Ki Ageng Gribig yang dimakamkan di halaman belakang Masjid Jamek. Menurut juru kunci, terdapat sebuah lembaran yang menuliskan silsilah Ki Ageng Gribig yang dimana masih memiliki garis keturunan raja majapahit terakhir yang ditulis oleh keluarga Nataningrat. Ki Ageng Gribig dipercaya oleh para masyarakat yang melakukan ziarah pada makam, memiliki kebiasaan untuk memberi benda benda pusaka seperti keris kepada masyarakat jika barang yang diinginkannya sesuai dengan niat baik. Untuk mendapatkan hal pusaka seperti itu tidak dilakukan dengan cara mudah namun menggunakan ritual khusus sesuai kemampuan yang dimiliki. Barang yang diinginkan biasanya diberikan melalui mimpi atau semacamnya. Ki Ageng Gribig juga dipercaya sebagai sosok yang sakti, hal ini masih terwujud meskipun beliau sudah meninggal. Kesaktiannya berupa mengobati orang yang sakit, sehingga banyak peziarah yang datang agar sembuh dari penyakitnya. Selain itu, banyak peziarah yang mendapatkan benda pusaka setelah melakukan kegiatan berdiam diri di dalam Komplek makam ki Ageng Gribig dan hal tersebut menjadi kepercayaan bahwa siapa saja yang dapat menahan hawa nafsu duniawi maka Indera keenam orang tersebut dapat lebih peka dibandingkan dengan orang yang masih memikirkan kesenangan duniawi. Ki Ageng Gribig dipercaya menjadi salah satu tokoh penting pada masa pendirian Kota Malang. Hal tersebut ditandai dengan pemakaman keluarga Notodiningrat, yaitu Bupati Malang yang pertama. Pada pemakaman tersebut juga terdapat makam Bupati Malang kedua dan ketiga. Selain itu, menjelang ulang tahun Kota Malang, pemeritahan secara rutin bertakziah ke makam Ki Ageng Gribig sebagai tanda penghormatan. Hakikatnya, keluarga Notodiningrat dengan Ki Ageng Gribig tidak memiliki hubungan darah, karena terdapat perbedaan tahun yang jauh, pada Bupati Malang sekitar tahun 1700-an sedangkan Ki Ageng Gribig pada tahun 1600an. Pemakaman Ki Ageng Gribig dengan makam bupati Malang pertama hingga ketiga dulunya sebuah pesantren untuk mencari ilmu agama ataupun pengetahuan sehingga menjadi tempat berkumpul para pejabat dan petinggi pemerintahan. Hal tersebut menjadi dasar bahwa Ki Ageng Gribig menjadi salah satu tokoh penting pada masa awal Kota Malang. Cerita penyebaran Islam Ki Ageng Gribig memiliki makna dan pesan bahwa dilakukan tanpa menggunakan kekerasan dan dilakukan secara damai dan menggunakan media budaya lokal. Cerita ini juga mengingatkan pada penghormatan masyarakaat kepada leluhur dimana masih adanya ziarah dan penghargaan yang diberikan oleh pemerintah.


Referensi

Doni Rachman. (2012). KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOKLOR KI AGENG GRIBIG.Doni Rachman. (2012). KAJIAN MITOS MASYARAKAT TERHADAP FOKLOR KI AGENG GRIBIG.

0 Komentar

Leave a Reply