amalia.nurma.fs@um.ac.id

Object Identifier

02MALANG37

Kategori

Judul

Tari Topeng Gunungsari
Deskripsi

Raden Gunung Sari merupakan putra mahkota Raja Kediri dan adik dari Dewi sekartaji. Gunungsari termasuk kedalam salah satu tokoh protagonis atau pusat cerita dalam pertunjukan Drama Tari Wayang Topeng (Rahayuningtyas et al., 2019). Tari Topeng Gunungsari bersifat maskulin dan halus karena penggambaran karekternya yaitu seorang yang pemberani dan lemah lembut. Seni Tari Topeng telah dikenal oleh Masyarakat jawa pada abad IX yang dijelaskan dalam prasasti Jaha. Topeng dijadikan sebagai sarana ritual pemujaan dan pertunjukan dengan istilah Atapukan (pertunjukan menggunakan penutup muka). Adapun bukti mengenai keberadaan tari topeng di wilayah Malang terdapat pada relief di beberapa candi penginggalan Kerajaan Singosari yang menggambarkan suasana dimainkannya tarian bertopeng di dalam kerajaan (Zuhri, 2009). Sejalan dengan perkembangannya seni tari topeng tidak hanya dikenal sebagai sarana pemujaan ruh. Namun, berkembang menjadi sebuah bentuk kesenian. Tokoh Gunungsari dapat ditampilkan di luar penampilan Wayang Topeng tanpa adanya narasi. Biasanya disebut “Tari Topeng Gunungsari” dalam hal tersebut hanya menampilkan panggambaran tokoh Gunungsari sendiri. Ketika Pertunjukan Wayang Topeng Malang Tari Topeng Gunungsari ditempatkan pada bagian penutup atau Pathet Barang setelah jejer terakhir ditampilkan. Penari yang akan menampilkan tokoh Gunungsari akan menggunakan Topeng berwarna putih. Ciri utama karakter ini bermata sipit dan berkumis Panjang dengan wajah seperti Dewi Sekartaji (Farodis Yusman et al., 2024). Tri Handoyo Menjelaskan Ragam yang dipakai menggunakan sifat-sifat binatang seperi pada Bapang. Tetapi gerakannya lebih halus. Contohnya gerakan Merak Ngombe, merak miber, wader pari nyungsung beji. Tari Topeng Gunungsari dapat ditampilkan pada pathet pengasih dan barang. Kalau di pathet bem dia hanya masuk di penokohan biasa. Contoh Jejer Kerajaan Jenggala, alurnya Paseban (di dalam keraton). Dia hanya datang tetapi tidak menari, kemudian duduk dan pergi, tidak menunjukan bahwa dirinya adalah gunung sari. Tari Topeng Gunungsari menunjukkan bahwa gerak burung dan wanita merupakan lambang keindahan. Tokoh Gunungsari merupakan tokoh yang penuh keindahan dan memiliki gerakan halus atau menenangkan, tetapi memiliki sifat Tangguh. Simbol putih pada Tokoh Gunungsari menggambarkan seorang yang suci dan setia. Sehingga penggambaran karekternya adalah seorang yang pemberani dan lemah lembut. Tegas dan bisa menyelesaikan masalah.


Referensi

Farodis Yusman, S., Bafadal, R., Rahma Rafani, J., Luh Gede Anik Novi Asri, N., Wahyuni, R., Melyanawati, A., & Rosyida, F. (2024). Konsep Karakter Luhur Guru Melalui Pesan Moral Tari Topeng Malangan. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, 4(6), 2024. https://doi.org/10.17977/um065.v3.i10.2024.6 Rahayuningtyas, W., Jazuli, J., Rohidi, T. R., & Sumaryanto, T. (2019). Inheriting the Values of Mask Puppet Dance-Drama in Malang, Indonesia (Vol. 327, Issue Icaae 2018, pp. 285–290). https://doi.org/10.2991/icaae-18.2019.55 Sari, M. P., & Puji, R. N. (2017). Eksistensi Tari Topeng Malangan Di Padepokan Seni Tari Asmarabangun Pakisaji Malang 2010 – 2019. Journal of History Education and Historiography, 1(1), 27–29. Wido Minarto, S., & Desta Rahmanto, K. (2020). Topeng Patih Dance: A Manifestation of the Beginning of Human Life in the Malang Mask Puppet’s World. KnE Social Sciences, 2020, 456–469. https://doi.org/10.18502/kss.v4i12.7619 Zuhri, S. (2009). Transformasi belajar sosial dalam pertunjukan seni tari topeng malang sanggar asmorobangun.

0 Komentar

Leave a Reply