Deskripsi
Klana Sewandana merupakan Raja Sabrang dan tokoh antagonis dalam cerita panji yang memperebutkan cinta dengan panji dari dewi sekartaji. Kelana adalah seorang raja yang memiliki ambisi yang tinggi. Dalam istilah adigang, adigung, adiguna (Tri Handoyo, asmorobangun). Tari Topeng Klana Sewandana adalah Tari Topeng yang menampilkan penggambaran tokoh Klana Sewanda dengan mengenakan busana berwarna merah dan tarian yang dinamis dan tampak agresif. Seni Tari Topeng telah dikenal oleh Masyarakat jawa pada abad IX yang dijelaskan dalam prasasti Jaha. Topeng dijadikan sebagai sarana ritual pemujaan dan pertunjukan dengan istilah Atapukan (pertunjukan menggunakan penutup muka). Adapun bukti mengenai keberadaan tari topeng di wilayah Malang terdapat pada relief di beberapa candi penginggalan Kerajaan Singosari yang menggambarkan suasana dimainkannya tarian bertopeng di dalam kerajaan (Zuhri, 2009). Sejalan dengan perkembangannya seni tari topeng tidak hanya dikenal sebagai sarana pemujaan ruh. Namun, berkembang menjadi sebuah bentuk kesenian. Tokoh Klana Sewandana dapat ditampilkan di luar penampilan Wayang Topeng tanpa adanya narasi. Biasanya disebut “Tari Topeng Klana Sewandana” dalam hal tersebut hanya menampilkan panggambaran tokoh Klana Sewandana yang merupakan seorang Raja dari tanah Sabrang. Adapun raja-raja yang berkuasa di tanah sabrang umumnya disebut Klana, dalam berbagai versi Klana memiliki nama-nama yang khas, seperti; Klana Lindu Buwana, Klana Sewandana, Klana Garudayaksa, dan Klana Bledhek Lingga Buwana yang memiliki watak brangasan atau kasar. Penari yang akan menampilkan tokoh Klana Sewandana akan menggunakan Topeng Klana yang berwarna berkarakter gagah, tapi kasar. Ia melambarkan seseorang yang serakah, buruk, penuh nafsu, suka tertawa. Ragam tari Kelana Sewandana hampir sama dengan patih. Contoh tunjuk utur-utur, slemprang, gobesan, kencong. Tri Handoyo dari asmorobangun menjelaskan bahwa Tari Topeng Kelana Sewandana dapat ditempatkan Pada Pathet Bem (awal), pathet pengasih (Tengah), dan pathet barang (akhir) dengan gendhing yang berbeda disetiap pathetnya. Rasa emosi yang ditampilkan oleh Tokoh Klana Sewandana di setiap gending akan berbeda. Pada pathet bem dia akan menampilkan karakter seperti saat usia muda dan agresif. Sedangkan jika masuknya di pengasih dia mulai tenang. Dan pada pathet barang dia lebih tenang dalam artian lebih menepi. Tetapi tetap memiliki ambisi yang besar. Kelana Sewandana adalah seorang raja yang memiliki ambisi yang tinggi dengan sifat adigang, adigung, adiguna. Nilai-nilai karakter yang terkandung dalam Tari Topeng Klana Sewandana adalah berani, misterius, jujur, berwibawa, cerdas, pemberontak, emosional, dan peka(Rahayuningtyas et al., 2019). Adanya sifat adigang, adigung, dana adiguna dalam karakter Klana menggambarkan dia akan memakai apapun seperti kekayaan demi mendapatkan apa yang diinginkan. Dalam Keadaan tenangnya, Klana memiliki strategi yang bagus untuk dapat mengalahkan musuhnya. Meskipun pada akhirnya usahanya akan tetap kalah dengan Panji karena pengkarakteran antagonisnya. Selain itu, dia merupakan kesatria yang sangat sakti, Sehingga mempunyai prajurit sampai bala buta dan raksasa di hutan yang hanya takut dengan Kelana.
Referensi
Al Aziz, I. S. A. (2023). Makna Bentuk Visualisasi Keindahan Topeng Panji Dan Klana. JADECS (Journal of Art, Design, Art Education & Cultural Studies), 8(2), 115. https://doi.org/10.17977/um037v8i22023p115-124 Farodis Yusman, S., Bafadal, R., Rahma Rafani, J., Luh Gede Anik Novi Asri, N., Wahyuni, R., Melyanawati, A., & Rosyida, F. (2024). Konsep Karakter Luhur Guru Melalui Pesan Moral Tari Topeng Malangan. Jurnal Pembelajaran, Bimbingan, Dan Pengelolaan Pendidikan, 4(6), 2024. https://doi.org/10.17977/um065.v3.i10.2024.6 Hidajat, R. (2015). Wayang Topeng Malang Dalam Perubahan Kebudayaan. Imaji, 10(2), 129–138. https://doi.org/10.21831/imaji.v10i2.6379 Rahayuningtyas, W., Jazuli, J., Rohidi, T. R., & Sumaryanto, T. (2019). Inheriting the Values of Mask Puppet Dance-Drama in Malang, Indonesia (Vol. 327, Issue Icaae 2018, pp. 285–290). https://doi.org/10.2991/icaae-18.2019.55 Sari, M. P., & Puji, R. N. (2017). Eksistensi Tari Topeng Malangan Di Padepokan Seni Tari Asmarabangun Pakisaji Malang 2010 – 2019. Journal of History Education and Historiography, 1(1), 27–29. Wido Minarto, S., & Desta Rahmanto, K. (2020). Topeng Patih Dance: A Manifestation of the Beginning of Human Life in the Malang Mask Puppet’s World. KnE Social Sciences, 2020, 456–469. https://doi.org/10.18502/kss.v4i12.7619 Zuhri, S. (2009). Transformasi belajar sosial dalam pertunjukan seni tari topeng malang sanggar asmorobangun.