amalia.nurma.fs@um.ac.id

Object Identifier

03CANDI SUMBERAWAN24

Judul

Ritual Tirta Amerta Sari (Kirab Tirta)

Tokoh

Deskripsi

Pada setiap kehidupan masyarakat, tidak terpisahkan dari budaya atau tradisi. Di Indonesia, masih banyak masyarakat yang melaksanakan kegiatan tradisi di setiap waktu atau pada waktu tertentu. Salah satu tradisi yang sering dilakukan oleh banyak masyarakat adalah ritual. Hal tersebut sebagai kegiatan yang menjembatani individu dengan nilai-nilai leluhur yang dipercaya. Ritual dilaksanakan tidak hanya secara simbolis, namun setiap tahapan ritual memiliki makna, harapan dan hormat terhadap Tuhan dan Leluhur. Ritual Tirta Amertasari merupakan salah satu ritual yang masih dilaksanakan oleh masyarakat sumberawan di desa Toyomarto, kecamatan singosari, kabupaten Malang. Awalnya ritual ini sebagai ungkapan syukur masyarakat dusun sumberawan atas sumber daya alam air yang melimpah di daerahnya. Pada abad 19, warga desa mulai mencari sumber air di sekitar pura candi sumberawan. Setelah itu, beberapa masyarakat menyalurkan sumber air tersebut ke rumah masing masing. Semakin lama, semakin banyak masyarakat yang menggunakan air tersebut. Oleh karena itu, sebagai ungkapan syukur atas air yang melimpah masyarakat menyelenggarakan ritual sederhana dengan mendatangi sumber mata air dengan membawa sesajen lalu makan bersama. Ritual ini sudah dilaksanakan oleh masyarakat sumberawan selama puluhan tahun. Seiring dengan berjalannya waktu, sumber air tersebut dikelola untuk menjadi perkumpulan pengguna air Minum di desa toyomarto (Fauzi dkk., 2022). Selain itu munculnya ritual tirta amertasari berdasarkan tradisi yang dilaksanakan pada zaman dahulu pada musim tanam padi, yaitu tradisi “wiwit” yang awalnya hubungan dengan pertanian. Hal tersebut dilaksanakan karena melimpahnya sumber air yang digunakan untuk mengairi lahan pertanian warga. Kegiatan ritual tirta amertasari menjadi acara ruwatan desa dan dianggap sebagai sedekah bumi. Kegiatan ini mulai diaktifkan kembali dan dikembangkan pada tahun 2016 oleh pokdarwis dusun sumberawan. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan suro dan dilaksanakan selama tiga hari dengan acara yang berbeda. Pada hari pertama masyarakat secara bersama sama dan gotong royong dengan membersihkan sumber mata air dan lingkungan. Pada hari kedua, dimulai kegiatan pengambilan air dari tiga mata air yang berbeda di lingkungan candi sumberawan dan air tersebut diletakkan pada kendi. Air yang sudah diambil dari mata air yang berbeda di wilayah candi sumberawan tersebut dimasukkan dalam sebuah wadah yaitu kendi untuk didoakan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan doa bersama yang dilaksanakan maysarakat untuk keselamatan sumber mata air dan mengirimkan doa bagi sesepuh desa, yaitu kepala desa dan tetua adat leluhur di dusun sumberawan. Kegiatan ini dilaksanakan secara agama islam dengan melakukan sholat Isya dan membaca Al-Qur’an atau disebut istigosah. Air yang sudah didoakan tersebut dibagikan kepada jemaah yang hadir. Air tersebut dipercaya memberikan energi positif kepada yang meminumnya dan dijauhkan dari malapetaka. Pada hari ketiga yaitu iring-iringan tokoh desa dan dusun, juru kunci dan pengelola candi sumberawan menuju sumber mata air yang ada di sekitar sumberawan. Selain itu, terdapat tujuh putri yang mengambil air dari tiga sumber mata air di candi sumberawan. Masyarakat lainnya akan membawa hasil panen dan sesaji yang berupa pisang atau makanan lainnya sebagai ungkapan syukur. Tujuh putri tersebut diibaratkan sebagai tujuh bidadari dan membawa kendi yang berisikan air tersebut memutari candi. Setelah itu, air tersebut dibawa ke panggung dengan berjalan tanpa alas kaki. Pada saat diatas panggung, tujuh kendi air tersebut didoakan oleh para tetua desa sumberawan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya untuk penghormatan kepada leluhur dan menolak bahaya (tolak bala) pada masyarakat dan kehidupan di dusun sumberawan. Kegiatan ini ditutup dengan makan bersama dengan menyantap hasil bumi dan makanan yang sudah dibawa masyarakat. Selain itu, masyarakat melakukan bertukar hasil bumi yang diyakini dapat menciptakan keharmonisan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Hal tersebut sebagai nilai sosial pada ritual tirta amertasari bahwa harus saling berbagi kepada masyarakat lainnya, yang dimana hal tersebut juga membagikan kebahagiaan kepada orang lain. Ritual ini sebagai ucapakan rasa syukur masyarakat terhadap Tuhan atas berlimpahnya mata air di dusun sumberawan. Pada setiap tahapan kegiatan memiliki makna tersendiri. Pada hari pertama, dimana masyarakat membersihkan lingkungan memiliki makna untuk bergotong royong dan mencintai, menghormati lingkungan sekitar. Hari kedua, kegiatan doa bersama dengan istighosah dilaksanakan sebagai ungkapan rasa syukur dan meminta perlindungan kepada Tuhan. Pada hari ketiga, mengajarkan gotong royong untuk melaksanakan kegiatan pengambilan air dan mendoakan yang dipimpin oleh sesepuh agar terus diberkahi dan dilindungi oleh Tuhan dari marabahaya dan malapetaka. Seluruh rangkaian ritual ini juga berhubungan dengan hubungan masyarakat dengan leluhur dusun sumberawan yang dihormati dengan mendoakan dalam setiap rangkaian kegiatan ritual. Kegiatan ini juga mengajarkan mengenai gotong royong masyarakat untuk saling membantu dalam berpatisipasi dan memeriahkan kegiatan ini. Kegiatan ini dilaksanakan oleh masyarakat dusun sumberawan dan desa Toyomarto. Fauzi, N., Wijayanti, J., & Abadi, M. (2022). Tirta Amerta Sari: Syukuran and Slametan for Holy Water. Universitas Brawijaya. https://doi.org/10.4108/eai.4-11-2020.2308921


Referensi

0 Komentar

Leave a Reply