Deskripsi
Eyang Raden Sumodiharji merupakan keturunan dari Raja Mataram Islam, Sultan Hamengkubuwono III. Beliau menjadi salah satu (pasukan) diponegoro yang turut dalam perang jawa. Eyang Raden Sumodiharji dan 5 saudara menjadi punden di berbagai daerah. Seperti Eyang Raden Sumodirejo di karangbesuki, Eyang Raden Singodirejo di dampit, Eyang Raden Sodimejo di Blitar dan Eyang Raden Imorejo di dampit. Pada tahun 1800 M, senopati (pasukan) diponegoro dikirim dan dipecah sebanyak 40% ke wilayah timur, termasuk wilayah lereng gunung kawi, Turen, Blitar, Bandulan, Dampit, Gondanglegi. Hal tersebut bertujuan untuk mempertahankan wilayah dari penjajah dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia Pengiriman pasukan ke daerah timur Pulau Jawa, menyebabkan para pasukan harus mencari tempat tinggal dan pertahanan. Para prajurit menggunakan teknik babat alas untuk membuka lahan sebagai tempat tinggal, tempat pertahanan dan padepokan pasukan-pasukannya. Hal tersebut menjadi sejarah mulainya kehidupan pada suatu daerah, termasuk desa bandulan yang lahannya dibuka oleh Eyang Raden Sumodiharji. Berdasarkan buku-buku dari sesepuh, tercatat Eyang Raden Sumodiharji dan istrinya, Eyang Raden Ayu Siti Dariyah Sumongari mulai membuka lahan atau mbabat alas desa bandulan pada tahun 1800 M. Oleh karena itu disebut Punden, karena beliau yang menjadi orang pertama membuka dan menempati di wilayah bandulan. Pada desa Bandulan tersebut, Eyang Raden Sumodiharji mendirikan pemukiman untuk para murid, dirinya sendiri dan mendirikan padepokan untuk melatih kegiatan seni, olahrasa untuk meningkatkan jasmani dan rohani dan berkehidupan bermasyarakat sesuai zamannya. Seiring dengan perkembangan zaman, desa bandulan juga mengalami perubahan. Mulai munculnya pabrik-pabrik dan rumah peninggalan Belanda. Hal tersebut menjadi suatu tanda bahwa adanya kesuksesan perkembangan pada sebuah wilayah yang dibuka oleh Eyang Raden Sumodiharji. Pesan dan makna pada cerita Eyang Raden Sumodiharji menunjukkan perjuangan, pengorbanan dan cinta tanah air melalui upaya membuka lahan baru yaitu desa bandulan sebagai tempat pertahanan dan kehidupan masyarakat. Sebagai keturunan Raja Mataram yang turut berjuang dalam Perang Jawa bersama pasukan Pangeran Diponegoro, beliau tidak hanya membangun pemukiman tetapi juga menciptakan wadah untuk seni dan latihan spiritual, mewariskan nilai-nilai luhur yang masih terasa hingga kini. Seiring waktu, daerah yang dibuka oleh Eyang Raden Sumodiharji berkembang pesat, menyimpan jejak sejarah perjuangan sekaligus kemajuan yang berakar pada pengorbanan beliau.
Referensi
Nurtantyo, M. A. F. (2018). Punden Sebagai Pusat Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Desa Klepek Kabupaten Kediri. Local Wisdom?: Jurnal Ilmiah Kajian Kearifan Lokal, 10(1), 18–30. https://doi.org/10.26905/lw.v10i1.2398