amalia.nurma.fs@um.ac.id

Object Identifier

05DINOYO, LOWOKWARU, KOTA MALANG20

Judul

Keramik Dinoyo

Tokoh

Deskripsi

Keramik pada dasarnya merupakan karya seni buatan tangan manusia yang dibuat dari tanah liat seperti kerajianan gerabah. Hal yang membedakan keramik dengan gerabah ialah pada suhu pembakarannya. Dapat dikatakan keramik apabila dibakar dengan suhu 900 derajat ke atas. Sedangkan jika dibakar dengan suhu dibawah 900 derajat termasuk gerabah. Kota Malang memiliki sentra industri keramik Dinoyo yang sudah ada sejak zaman penjajahan tahun 1930. Pada saat itu keramik Dinoyo merupakan bagian dari gerabah Penanggungan. Tahun 1945 di Penanggungan memproduksi gerabah seperti pot, kendi dan celengan. Sedangkan di keramik Dinoyo memproduksi peralatan tableware seperti piring, sendok, dan gelas. Pada tahun 1954 dilakukan survei dan riset dari Kementerian Perindustrian untuk melihat potensi kelurahan Dinoyo yang letaknya strategis serta keahlian pengrajin keramik yang melimpah. Sehingga dibuatlan Kampung Keramik Dinoyo yang mulai beroperasi pada tahun 1957. Keahlian membuat keramik diturunkan oleh para nenek moyang yang dahulu telah belajar membuat gerabah di Penanggungan yang kemudian dikembangkan menjadi keramik. Untuk meningkatkan kualitas keramik sebagai peralatan rumah tangga, maka dibuatlah keramik dari bahan tanah liat putih. Seperti industri keramik milik Pak Soeharto yang telah sejak 1970 bersamaan dengan kebijakan pemerintah tentang Repelita (Rencana Pembangunan Lima Tahun) untuk mempertinggi tingkat kehidupan rakyat dengan memperbesar produksi dan pendapatan agar mampu merubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional. Dalam hal tersebut diprioritaskan untuk membuat produk isolator keramik. Isolator keramik dibuat dari dari bahan campuran tanah porselin, kwarts, dan veld spaat, yang bagian luarnya dilapisi dengan bahan glazuur agar bahan isolator tersebut tidak berpori-pori. Isolator keramik memiliki sifat tidak menghantar (non conducting) listrik yang tinggi, karena kekuatan dielektriknya tinggi dan memiliki kekuatan mekanis yang besar serta harga yang ekonomis (Santosa, 2017). Keramik selalu mengalami perkembangan, dari yang awalnya hanya untuk perabotan rumah tangga, kini beralih menjadi dekorasi rumah seperti vas bunga dan asbak. Tahun 1995-2000 dimulailah membuat keramik hias yang terinspirasi dari barang antik Cina. Pada rentang waktu tersebut produksi keramik Dinoyo memasuki puncak kejayaan dibarengi adanya media promosi yang mampu mempengaruhi minat pengunjung di luar Malang untuk mampir di Kampung Keramik Dinoyo. Disisi lain letak kelurahan Dinoyo yang sejalur dengan tempat wisata Batu sehingga berpeluang untuk didatangai banyak pengunjung. Jenis produk keramik yang dibuat bermacam-macam mencapai ratusan apabila dirincikan dari segi ukuran, warna dan bentuk. Yang pasti produk keramik Dinoyo yang diproduksi meliputi cangkir, mug, wadah aromaterapi, vas bunga, tempat abu jenazah, pot bunga, tempat makan burung dan asbak. Ciri khas Keramik Dinoyo memiliki body warna putih dan gambar dengan warna biru, hijau dan merah muda. Tidak ada motif khusus yang menggambarkan keramik Dinoyo karena dibuat dengan kreativitas, keunikan serta menyesuaikan dengan pesanan. Sedangkan filosofi motif bergantung pada penerimaan masing-masing orang. Tetapi biasanya memunculkan motif timbul pada keramik yang dibuat agar menciptakan bentuk yang semakin hidup. Bahan yang digunakan untuk membuat keramik Dinoyo yaitu tanah liat putih, kaulin, pasir, dan air. Proses pembuatan diawali dari tanah liat putih dihaluskan menggunakan mixer, disaring dengan ukuran 100 mes, dibentukan adonan dengan bantuan air, kemudian di cetak, dibakar, dan yang terakhir diglasir untuk menutup pori-pori agar air tidak meresap. Lama pembuatan kurang lebih 1 minggu dari awal sampai akhir. Kendala pembuatan keramik juga bergantung pada cuaca untuk pengeringan, terkadang juga menggunakan bantuan alat pengeringan namun kualitasnya menjadi berbeda. Saat ini penyebaran keramik Dinoyo paling banyak di wilayah Jawa Timur. Tetapi juga melalukan pengiriman ke Jakarta, Kalimantan, Karang Anyar dan Bali. Membuat benda-benda keramik yang memilik nilai estetis atau nilai fungsional hanyalah salah satu aspek dari kerajinan keramik (Yustana, 2020). Aspek penting lain dari kerajinan keramik adalah sebagai budaya yang memunculkan benda-benda budaya lainnya (Liliweri, 2019). Pengerajin keramik tidak hanya bekerja dengan tanah liat, tetapi mereka juga mempertimbangkan aspek estetika dan praktis dalam menciptakan benda-benda keramik. Keramik tradisional memiliki nilai-nilai budaya dan sejarah yang tinggi karena sering kali dibuat dengan menggunakan metode dan motif yang telah diwariskan secara turun-temurun (Yana, dkk., 2020). Kampung keramik Dinoyo berupaya untuk terus menjaga agar keramik tetap lestari. Meskipun sempat mengalami penurunan produksi saat pandemi, disisi lain terdapat beberapa pengrajin dan pelukis yang sudah meninggal sedangkan generasi belum disiapkan. Maka dari itu, saat ini keramik Dinoyo berupaya menggandeng anak muda untuk berlatih dan berkreasi seperti pengembangan keramik dengan media cetak/sablon.


Referensi

Liliweri, A. (2019). Pengantar studi kebudayaan. Nusamedia. Santosa, D. H. (2017). Analisa Percepatan Umur Isolator Keramik Pada Saluran Distribusi 20 kV di Daerah Pesisir Pantai Akibat Kontaminan Udara. 1–39. Yana, D., Dienaputra, R. D., Suryadimulya, A. S., & Sunarya, Y. Y. (2020). Budaya Tradisi sebagai Identitas dan Basis Pengembangan Keramik Sitiwinangun di Kabupaten Cirebon. 30(2), 204-220. Yustana, P. (2020). Estetika Keramik Klasik Dan Kontemporer. 12(2), 170-198

0 Komentar

Leave a Reply