amalia.nurma.fs@um.ac.id

Object Identifier

05DUSUN PETUNG WULUNG, TOYOMARTO, SINGOSARI, KABUPATEN MALANG14

Judul

Cobek Batu Singosari

Tokoh

Deskripsi

Cobek merujuk kepada sejenis mangkuk sebagai alas untuk kegiatan menumbuk atau mengulek, sementara ulekan merujuk kepada benda tumpul memanjang seperti pentungan yang dapat digenggam tangan untuk menumbuk atau mengulek suatu bahan. Baik cobek ataupun ulekan biasanya dibuat dari bahan yang keras, misalnya kayu keras, batu, keramik, atau logam. Seperti cobek batu Singosari, sebuah alat tradisional yang terbuat dari batu yang digunakan untuk menghaluskan bahan makanan. Cobek batu Singosari memiliki ciri khas berwarna hitam, tekstrur batu sedikit kasar dan tajam, berpori-pori serta memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan dengan cobek batu di daerah lain. Hal ini dikarenakan jenis batu yang digunakan untuk membuat cobek batu Singosari adalah batu candi yang diperoleh dari tambang batu di Desa Toyomarto. Sejarah munculnya cobek batu Singosari diawali dari Buyut Pahing yang merupakan pendatang dari Kecamatan Ngantang yang menetap di Dusun Petung Wulung, Singosari sekitar tahun 1915 pada masa penjajahan Belanda. Berbekal keahlian membelah batu kemudian dikembangkan dengan membuat ubin untuk lantai pesanan dari orang Cina yang digunakan sebagai alas untuk kandang babi. Selain itu, Buyut Pahing mengembangkan dengan membuat gilingan berbentuk lingkaran untuk menggiling jagung. Kemudian dikembangkan dengan membuat lumpang berukuran antara 40–50 cm dan duplak. atau lumpang kecil, serta pembuatan cobek. Menurut cerita Hartono selaku Pengrajin Cobek dan Kepala Dussun Petumg Wulung, keahlian Buyut Pahing dalam membelah batu diajarkan kepada anak cucu yang ada di Dusun Petung Wulung. Sehingga pada tahun 1980, sekitar 60% warga Dusun Petung Wulung berprofesi sebagai pengrajin cobek. Sekarang sudah memasuki generasi ke-4. Meskipun setiap tahun jumlah pengrajin cobek berkurang tetapi peminat cobek batu Singosari masih banyak yang tersebar paling banyak di wilayah Jawa Timur dan Bali. Peralatan yang digunakan dalam pembuatan cobek batu Singosari menggunakan peralatan tradisional. Peralatan yang digunakan untuk membuat cobek batu Singosari terdiri dari: (1) runcing atau penancal, (2) tatah untuk menghaluskan cobek, (3) as mobil untuk membelah batu besar, (4) paju untuk melubangi (5) pethil atau palu kecil (6) amer atau palu yang berukuran besar. Penggunaan peralatan tradisional masih diterapkan hingga sekarang, tetapi juga menggunakan bantuan alat penghalus dari dinamo yang dirancang sendiri oleh pengrajin cobek di dusun Petung Wulung. Proses pembuatan diawali dari pembelahan batu sesuai ukuran yaitu 40 cm, 30 cm dan 25 cm. Kemudian, sisa batu dibelahi untuk dijadikan ulekan. Dibentuk setengah jadi, dibulatkan, lalu dihaluskan dengan mesin dinamo. Koreksi cobek dan ulekan dilakukan setelah penghalusan, apabila terdapat lubang, maka ditambal menggunakan semen. Nilai-nilai filosofi erat kaitannya dengan cerita leluhur pada peninggalan batu-batu dan patung Dwarapala di Singosari. Disisi lain penggunaan cobek menjadi salah satu upaya untuk menjaga kearifan lokal. Nilai-nilai sosial ini tercipta dari budaya masyarakat setempat. Pengrajin melakukan suatu tindakan didasarkan dari apa yang menurut mereka baik dan benar (Rahmatika,H.N.2016). Bagi pengrajin cobek batu Singosari dapat menjadi sarana menjaga kebugaran jasmani, hal tersebut dikarenakan selama proses belah batu hingga pembuatan cobek memerlukan gerak dan tenaga.


Referensi

Rahmatika, H.N. (2016). Petani Cobek Batu: Ekonomi Moral Pengrajin Cobek Batu Singosari. Universitas Brawijaya. https://repository.ub.ac.id/id/eprint/102053/1 Anonim., Cobek Batu Asli. (n.d.). dari http://toyomarto-malangkab.desa.id/potensi/read/cobek-batu-asli-3507242016/0 (diakses pada 2 Oktober 2024)

0 Komentar

Leave a Reply